Jakarta, transparansiindonesia.com – Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pdt. Willem T.P Simarmata MTh, pernah mengatakan bahwa manusia ciptaan Tuhan itu adalah pria dan perempuan. Keduanya diberkati Tuhan melalui gereja, untuk menjadi sepasang suami dan istri.
Pernyataan Ephorus HKBP ketika diwawancara Reformata saat itu, lebih menekankan pada perilaku yang menyimpang menurut Alkitab. Sebagaimana dimuat di Reformata cetak edisi 190 yang lalu.
Isu Lesbi, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT), mulai ramai diperdebatkan terutama oleh umat kristiani ketika Amerika pada tanggal 26 Juni 2015 silam, melegalkan pernikahan sejenis yang sejak lama diperjuangkan kaum LGBT untuk mendapatkan pengakuan dari negara.
Yang diciptakan Tuhan adalah laki-laki dan perempuan. Keduanya diberkati Tuhan melalui gereja untuk menjadi suami-istri. Kalau sejenis, siapa di antara mereka yang menjadi suami dan siapa yang menjadi istri.
Pemahaman kita adalah bahwa Tuhan-lah yang merencanakan dan menetapkan pernikahan itu, karena itu pernikahan merupakan sesuatu yang kudus. Memang di dalamnya ada cinta, ada seks yang di izinkan oleh Tuhan sebagai bahagian berkat dari Tuhan,” demikian terang Ephorus seperti yang dimuat di Reformata cetak edisi 190 itu.
Disiplin gereja HKBP sendiri menyatakan bahwa homoseksual merupakan tindakan yang dianggap menyimpang dari Alkitab, hal itu seperti yang tertera dalam Ruhut Parmahanion Pamincangon (RPP) HKBP 1987.
Ditambahkan juga oleh Ephorus HKBP bahwa sekalipun HKBP dianggap ketinggalan jaman, bukanlah satu penghalang untuk HKBP menyuarakan kebenaran dengan menolak pernikahan sejenis.
Gereja-gereja di Indonesia dan Asia hendaknya jangan kendor dalam sikap ini. Ini adalah ancaman yang berbahaya bagi gereja-gereja kata Ephorus ketika itu.
Polemik perdebatan soal LGBT ini kembali mencuat ke permukaan, ketika pesan pastoral MPH-PGI terkait LGBT menjadi perbincangan di kalangan umat Kristiani.
Ada yang sekedar mempertanyakan pesan pastoral tersebut, ada pula yang bereaksi keras menolak, namun ada juga yang mendukungnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan secara resmi dari lembaga aras gereja nasional itu. Kendati Reformata sudah mencoba untuk mengklarifikasinya, tapi tidak ada satupun pejabat terkait bereaksi untuk meredam perdebatan yang terjadi.
(***red) / rf