Yvonne Awuy-Lantu Bakar Semangat Para Penginjil Peserta Rakerda

SULUT61 Dilihat

  Manado/transparansiindonesia.com – Hangatnya api penginjilan terasa saat Ketua Majelis Daerah GPdI Sulut, Pdt. Ivonne Y. Awuy Lantu, membakar semangat para penginjil GPdI peserta Rakerda dengan menyampaikan soal peran penting penginjil dalam multiplikasi orang-orang yang diselamatkan. Namun demikian diingatkannya pula, bahwa seorang penginjil harus menjaga integritas dan tidak dipengaruhi oleh kebutuhan.

“Betapa pentingnya kehadiran seorang pembawa kabar baik atau penginjil yang akan berdampak pada multiplikasi orang-orang yang diselamatkan. Namun harus diingat, seorang penginjil harus mampu menjaga martabatnya. Penginjil tidak dipengaruhi oleh kebutuhan kehidupan,” tegasnya.

Ditambahkannya, dalam menjalankan tugas mulia, seorang penginjil haruslah disiplin. Pada bagian ini, ia menekankan soal identitas seorang penginjil GPdI Sulut yang harus di lengkapi dengan surat tugas yang sah.

“Disiplin di Sulut harus! Penginjil harus dengan surat sah,” pungkas Ketua MD GPdI Sulut ini meyakinkan, didampingi Moderator, Ketua KDP3 Sulut, Pdt. Dr. Joutje Luntungan, MTh.

Mengambil nats pokok, Roma 10:14-15 yang dipadukan dengan kitab, 2 Timotius 4:2 dan Kisah Para Rasul 6:3, Pdt. Ivonne Awuy Lantu juga menyinggung soal kompetensi seorang penginjil. Menurutnya sebagai orang-orang yang terpilih, seorang penginjil harus memiliki latar belakang pendidikan Teologi yang baik.

“Penginjil itu adalah orang-orang terpilih dan harus sekolah Alkitab, supaya memiliki dasar pengajaran yang kuat,” jelasnya.

Sementara itu, pada sesi kedua, Pdt. Dr. Eddy Pongoh, M.Th, Departemen Penginjilan Majelis Pusat GPdI, dengan lugas menjabarkan tentang “Evangelism Performs the Great Commission – Penginjil melaksanakan Amanat Agung”, dengan moderator, Pdt. John Palense, S.Th.

Sesuai Matius 28:19-20, Pdt. Eddy Pongoh, menguraikan 4 fase dari Amanat Agung yaitu: pertama Pergilah, yang berbicara soal suatu tindakan penuh ketulusan dan ketaatan pada panggilan; kedua,Jadikanlah, suatu perjuangan merebut jiwa-jiwa datang pada keselamatan bagi kemuliaan Tuhan; ketiga,  Baptislah, suatu aksi nyata sebagai deklarasi kemerdekaan iman dari perhambaan dosa; dan keempat,Ajarlah, suatu usaha berkesinambungan memelihara jiwa-jiwa seperti domba-domba yang harus diayomi dengan penuh ketulusan.

Baca juga:  Tingkatkan Mutu Pendidikan dan Kualitas SDM Sulut, Unsrat Selenggarakan Beragam Beasiswa

Panitia Rakerda KDP3 GPdI Sulut  dan Departemen Penginjilan Pusat

Beragam pendapat positif mewarnai Rakerda KDP3 Sulut yang diketuai Pdt. Ventje Umboh, SE., S.Th dengan sekretaris Pdt. Morris Watuseke, M.Th., M.Pd.K.

“Bersyukur kepada Tuhan Yesus melalui KDP3 dapat menjadi pendukung acara Rakerda yang diisi dengan pembekalan oleh ketua MD GPdI Sulut dan Departemen Penginjilan GPdI. Ternyata pengggilan penginjilan Tuhan pundakan bukan hanya kepada gembala-gembala sidang tetapi juga kepada banyak profesi termasuk pebisnis seperti saya. Seperti Filemon yang mendukung Paulus demikian inspirasi kaum awam untuk terlibat dalam penginjilan demi tuaian jiwa-jiwa,” ujar salah satu Panitia, Jois Lantu.

Nun jauh dari Indonesia Barat, ternyata seorang pemerhati penginjilan GPdI, Pdt. Nathanael Parassa, yang juga sebagai Komisi Pusat Pelayanan Penginjilan Pantekosta (KP4), menyatakan salut terhadap para penginjil Sulut, karena para penginjil Sulut telah berdiaspora ke seluruh pelosok Indonesia termasuk di Pulau Tanjung Pinang tempat penggembalaan Pdt. Nathanel Parassa. Hal ini telah menginspirasi putra Toraja ini menginjil dan meninggalkan kampung halaman sampai ke Tanjung Pinang dan keluar negeri (Singapura, Malaysia, Australia, Belanda dan Korea).

Tampak hadir berbaur dengan para penginjil GPdI Sulut, Ketua KDP3 Sulut, Pdt. Dr. Joutje Luntungan, MTh., dan Biro Penginjilan GPdI Sulut, Pdt. Herry Moningkey, STh.

Rakerda yang membahas soal bentuk-bentuk penginjilan seperti penginjilan peribadi, penginjilan massal, penginjilan melalui media cetak dan elektronik serta sinergis KDP3 dengan PELJUP ini, diliput oleh KP PELJUP di Sulut; Pdt. Jerry Moniung, Pdt. Jefry Watulangkow, Pdt. Michel Wahido, Pdt. Steven Longkutoy, Pdt. Fanie Potabuga, Pdt. Middle Onibala, Pdt. Semuel H. Sajanga yang juga masuk dalam jajaran pengurus KDP3 rayon kabupaten/kota.

Baca juga:  Trio Runtuwene Bagikan Sembako di Beberapa Desa di Minsel

Tak sekadar meliput, KP PELJUP yang hadir ikut memberi komentar terkait acara yang menyatukan para penginjil GPdI Sulut ini. Pdt. Jefry Moniung, menyatakan soal prinsip dasar melaksanakan Amanat Agung adalah menyadari bahwa penginjilan merupakan ujung tombak. Hal ini diiyakan oleh Pdt. Middle Onibala yang menyatakan bahwa sebagai ujung tombak, penginjil harus terpanggil dan berlomitmen seperti terurat dalam 1 Korintus 9:22-23.

“Gaung tema ‘penginjilan sebagai nafas GPdI” harus benar-benar menjiwai para penginjil sulut karena berhentinya nafas berarti kematian. Padahal Yesus datang mambawa kehidupan, kehidupan yang berkelimpahan,” ujar Pdt. Semuel H. Sajanga.

Sementara, Pdt. Jefry Watulangkow, mengungkapkan soal peran wartawan (PELJUP). “Sebagai wartawan (PELJUP) adalah kesempatan memberitakan kebenaran yang memerdekakan jiwa,” ucapnya.

Lain lagi Pdt. Michael Wahido yang melihat jauh ke depan, bahwa peristiwa eskatologia mulai digenapi sehingga menghadapai ‘the end of all things‘ kerja penginjil harus semakin diberdayakan. Sedangkan Pdt. Steven Longkutoy lebih melihat alasan pekabaran injil keselamatan yang berfokus kepada Yesus Tuhan bukan kepada diri sendiri.

Tak kalah, Pdt. Fanie Potabuga, sebagai penginjil radio, menyatakan bahwa suara penginjilan harus berdampak positif yangsignifikan, sebab itu harus di kuasai oleh Roh Kudus, sehingga kuasa (dunamis) nyata dengan penuh mujizat.   (red/TI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *