Jakarta/transparansiindonesia.com – Merespons aksi protes mahasiswa, Presiden Joko Widodo ingin agar Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indinesia (BEM UI) ikut melihat kondisi di Asmat.
“Mungkin nanti ya, mungkin nanti saya akan kirim semua ketua dan anggota di BEM untuk ke Asmat, dari UI ya,” kata Presiden Joko Widodo seusai menghadiri Haul Majemuk Masyayikh di Pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah Sukorejo, Situbundo, Jawa Timur, Sabtu (3/2).
Sebelumnya, Jumat (2/2), Ketua BEM UI 2018 Zaadit Taqwa mengacungkan buku warna kuning untuk menunjukkan “kartu kuning” sebagai peringatan kepada Presiden Jokowi, termasuk soal masalah gizi buruk di kabupaten Asmat, Papua.
“Biar lihat dapat bagaimana medan yang ada di sana kemudian “problem-problem” besar yang kita hadapi di daerah-daerah terutama Papua,” tambah Presiden.
Terhadap tindakan mahasiswa UI tersebut, Presiden pun tidak mempermasalahkannya. “Ya.. Namanya aktifis muda ya mahasiswa dinamika seperti itu biasalah, saya kira ada yang mengingatkan itu bagus sekali.” ungkap Presiden.
Ada tiga tuntutan BEM UI kepada Presiden Joko Widodo, pertama terkait Gizi buruk di Papua, kedua Plt Gubernur yang berasal dari anggota Polri aktif, dan ketiga terkait Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi tentang organisasi mahasiswa yang dinilai membatasi ruang gerak mahasiswa.
Terkait masalah di Kabupaten Asmat yaitu Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi buruk hingga menewaskan lebih dari 71 orang balita, Presiden sudah menugaskan Kementerian dan Pemda setempat untuk menyeleaaikan masalah tersebut.
Tim ditugaskan untuk mengerjakan tiga pekerjaan yaitu mengobati campak itu sendiri, kedua memberikan vaksin kepada anak-anak yang umurnya dibawah 14 tahun, dan ketiga adalah menyiapkan kondisi pasca KLB campak termasuk pendampingan dan pembinaan pasien-pasien gizi buruk.
Presiden juga menawarkan relokasi kepada masyarakat Asmat ke daerahbyang fasilitas kesehatan lebih baik. (red/TI)*