Jokowi; “Sabar Itu Ada Batasnya Loh..”

Nasional19 Dilihat

Jakarta, transparansiindonesia.com – Selama ini diam, Presiden Jokowi akhirnya angkat suara mengenai berbagai cercaan yang kerap diterimanya di media sosial. Presiden Jokowi menyampaikannya saat menghadiri acara Haflah Khataman Alquran dan Haul Al-Maghfurlah K.H. Ahmad Jisam Abdul Manan di Pondok Pesantren An-Najah Gondang, Gondangtani, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen, Sabtu (14/7/2018) malam. .

Kepala Negara mengingatkan agar masyarakat tidak termakan berita bohong dan provokasi saat menjelang pemilu. Ia menilai, hoaks memang kerap menyebar di media sosial terutama saat pemilu. “Kalau nggak baik katakan nggak baik, kalau baik katakan baik. Bisa itu masuk fitnah, berita bohong. Sekarang di medsos banyak sekali itu,” katanya di sekitar Pondok Pesantren (Ponpes) An-Najah, Gondang, Sragen, Minggu (15/7/2018).

Menurutnya, menyampaikan pendapat memang dijamin oleh undang-undang. Tapi kemudian, Kepala Negara juga mengingatkan bahwa bangsa Indonesia memiliki etika dan tata krama dalam menyampaikan pendapat.

“Masa menyampaikan kritik seperti itu? Tidak bisa membedakan kritik dengan mencela, kritik dengan mencemooh, kritik dengan menjelek-jelekkan,” ujar Presiden Jokowi.

Kepala Negara juga tidak menampik, dirinya kerap menjadi sasaran dari provokasi dan ujaran kebencian tersebut. Selama ini, kata Presiden Jokowi, ia sudah sabar menghadapinya.

“Kalau saya digitu-gituin sudah biasa. Sabaaar gitu. Sabar. Saya hanya gitu-gitu aja. Sabar. Tapi kadang sabar itu juga ada batasnya, lho,” kata Presiden Jokowi.

Kebebasan berekspresi didukung dengan perkembangan teknologi memang memiliki dampak negatif pada demokrasi di Indonesia. Beberapa kali Presiden Jokowi sendiri menerima dampak negatif dari hal tersebut.

Bukan hanya dirinya yang kerap menerima ujaran kebencian, kadang ujaran kebencian itu juga menimpa keluarganya, seperti istrinya. Meski demikian, hingga kini, tidak ada satupun pelaporan resmi atas nama Presiden Jokowi atas ujaran kebencian yang diterimanya.

Selama ini pihak-pihak yang melapor hanya sebatas dari kalangan relawan dan pihak-pihak yang iba dengan ujaran kebencian di internet.

(red/TI)*