Kisah Serigala dan Domba, Menurut Jemmy Aritonang

Nasional65 Dilihat

Jakarta, transparansiindonesia.co.id —  Memasuki bulan Desember diseluruh dunia umat Kristiani memasuki masa Adven.  Penantian kedatangan Kristus pada tanggal 25 Desember 2018.  Bulan yang penuh kedamaian ini dihentakkan dengan pembantaian 19 orang pekerja PT. Istaka Karya di tanah Papua. Tanah yang sudah diploklamirkan menjadi tanah perdamaian dan tanah penginjilan ramai dibicarakan masyarakat melalui media elektronik dan cetak menjadi tanah konflik dan pertumpahan darah.   

Lantas masyarakat mulai bertanya apakah upaya jerih payah misionaris selama puluhan tahun tahun di tanah papua tidak menghasilkan anak domba. Apakah jejak penginjilan Ottow dan Geissler di tanah Papua sudah dilupakan Masyarakat Papua?. Jawabannya tidak, dari pengakuan sandera Jemmy Aritonang yang sudah di eksekusi melalui tembakan senjata dan berpura pura mati, lalu melarikan diri dan oleh seorang Ibu Jemmy Aritonang dibawa pada seorang Pendeta, dan Pendeta tersebut membawa mereka ketempat pos pengamanan TNI.

 

Jemmy Aritonang dalam kesaksiannya selalu memceritakan bahwa tangan Tuhan yang menyelamatkan nyawanya melalui seorang Mama dan Pendeta. Bagi diri Jemmy Aritonang sang Mama dan Pendeta adalah orang Majus pada dirinya karena dia bisa hidup dan mendapatkan sukacita bagi dirinya dan keluarganya di Balige Sumatra Utara. Kisah inilah makna Natal yang terbesar bagi dirinya pada masa Adven menanti hari Natal kelahiran Kristus.

Baca juga:  Leni Marlina Ditetapkan Menjadi Tersangka Dan Melanggar Pasal 27 Ayat 3 UU ITE

 

Jika kita kaji lebih dalam dalam ilmu kriminologi Jemmy Aritonang adalah Korban bisa diasumsikan sebagai anak Domba dan Gembalanya adalah Pendeta yang menyelamatkan hidup Jemmy,  Pelakunya adalah KKB(Kelompok Kriminal Bersenjata) kita asumsikan sebagai Serigala. Hewan srigala yang memiliki naluri membunuh secara kejam mencabik mangsanya hingga tidak berdaya dan memamerkannya pada orang banyak bahkan direkam dalam video seperti yang dilakukan ISIS pada sandera yang mereka dapat dan dampaknya adalah ketakutan pada musuhnya.

 

Politik kekuasaan yang menghalalkan segala cara dan matinya naluri kemanusian. Kembali ke homo homonilupus bahwa manusia adalah srigala bagi sesamanya demi mendapatkan kekuasaan dan Uang. Kejahatan kerah putih atau white colour crime yang saat ini banyak dipraktekkan dalam kehidupan sehari hari oleh para petualang politik.

Baca juga:  Danpos Koramil 427-04/Bahuga bersama Babinkamtibmas dan Dinas Kesehatan mengajak dan menghimbau warga untuk terus menerapkan disiplin Protokol Kesehatan Covid-19

Apakah dengan melakukan pembantaian secara kejam KKB(Kelompok Kriminal Bersenjata) dan OPM(Organisasi Papua Merdeka) makin cepat mendapatkan tujuannya? Menurut pendapat saya tidak karena tujuan memerdekan diri dari Indonesia tentunya harus mendapatkan dukungan dan simpati dari dunia luar. Dunia internasional sudah jauh berbeda pandangan politiknya terutama dalam bidang kemanusian dan keadilan. Dengan perbuatan pembantaian masyarakat sipil tentu akan mendapat kecaman pada dunia Internasional dan jangan lupa dunia Internasional sudah mengakui bahwa tanah papua menjadi tanah penginjilan umat Kristiani dan ini harus dicatat siapapun yang mempunyai kepentingan di tanah Papua. Jika ada maksud lain ingin membelokkan arah politik dan kebijakan di tanah Papua sebaiknya berhentilah.

 

(red)*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *