Pdt Andreas Yewangoe; “Gereja Tak Boleh Menjauh dari Politik”

Nasional50 Dilihat

Hal itu dikatakan Yewangoe saat menjadi narasumber pada Konferensi Pimpinan Gereja dengan thema “Transformasi bangsa untuk Indonesia sejahtera” yang diselenggarakan oleh Gerakan Kasih Indonesia (GERKINDO) di auditorium Graha Bethel, Cempaka Putih – Jakarta Pusat, 05 Mei 2018

“Gereja harus berpolitik! Jangan menjadi apolitik. Sebab politik itu sendiri adalah kemampuan untuk hidup bersama dalam polis atau kota bangsa”, jelas Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) tahun 2004-2014 ini.

Lebih jahat lagi kalau gereja menjadi asosial – dengan menarik diri dari hubungan sosial antar sesama warga polis. “Menjadi asosial itu lebih jahat dari apolitik”, ujar putra Sumba yang rutin bertemu Presiden Jokowi 2 bulan sekali ini.

Ketika ditanya mengenai keterlibatan Pendeta dalam politik, Yewangoe menjawab: “Pendeta yang terjun ke dunia politik itu boleh. Silahkan bergabung dengan partai politik. Silahkan menjadi anggota DPR. Tapi jangan pakai mimbar gereja untuk (kampanye) politik”.

Pendeta yang menjadi Caleg juga sebaiknya untuk sementara mengundurkan diri dari tugas memimpin jemaat kalau menjadi gembala sidang.

Yewangoe menutup ceramahnya dihadapan tiga ratusan pendeta lintas sinode yang dikumpulkan GERKINDO dengan mengatakan jika ada pendeta atau politisi Kristen yang menjadi kepala daerah atau anggota DPR, mereka harus berjiwa nasionalis dan berwawasan kebangsaan yang kuat dengan memperjuangkan kepentingan seluruh elemen rakyat bukan hanya kepentingan Kristen saja.

(red/TI)*

Exit mobile version