Jakarta, transparansiindonesia.com – Insiden penyanderaan berujung pembunuhan sadis 5 anggota Polri oleh 156 narapidana terorisme yang berlangsung selama 36 jam sejak Selasa malam, 8/5, sampai Kamis pagi, 10/5, berakhir tanpa kerusuhan berarti.
Apresiasi kepada pihak Polri yang berhasil menahan diri dan tidak memakai jalan kekerasan untuk menyerbu narapidana terorisme di Rumah Tahanan Makobrimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat disampaikan oleh Yerry Tawalujan, Ketua Umum Ormas Gerakan Kasih Indonesia, GERKINDO.
“Langkah bijak Polri yang mengambil pendekatan non kekerasan untuk meredam pemberontakan 156 napi terorisme yang berhasil menyandera dan membunuh 5 anggota Polri itu layak di apresiasi,” jelas Yerry Tawalujan, (11/5/2018).
Bayangkan, lanjut Yerry, kalau seribu personil Polri yang sudah mengepung Rumah Tahanan Makobrimob tidak bisa menahan diri dan menyerbu serta menewaskan puluhan narapidana terorisme itu. Pasti itu akan menciptakan gelombang demo besar-besaran memprotes aksi brutal polisi.
Apalagi hanya berselang dua hari setelah terjadinya insiden penyanderaan di Makobrimob itu, ada demo Aksi Bela Palestina 115 di Monas, 11/5, yang dihadiri ribuan umat.
“Kalau saja Polisi bertindak keras dan menewaskan puluhan napi terorisme di Makobrimob, itu akan menjadi pemicu unjuk rasa besar-besaran. Emosi massa bisa terbakar melihat puluhan jenazah diarak di Monas. Hal itu bisa berujung pada desakan agar Presiden Jokowi mundur dari jabatannya. Itulah sebabnya aksi bijak pasukan Polri menangani insiden Makobrimob harus diapresiasi,” ujar putra Kawanua ini diakhir keterangannya.
(red/TI)*