Jakarta Transparansi Indonesia.co.id-Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) gelar Refleksi Awal Tahun “Quo Vadis?” di Hotel Grand Melia, Jakarta (31/01/20) dihadiri Menteri Sosial, Jualiri Peter Batubara.
PIKI yang sudah memiliki 30 DPD perwakilan diseluruh Indonesia mengawali Tahun 2020 dengan refleksi awal tahun.
Ketua Umum PIKI, Baktinendra Prawiro merefleksikan berbagai program dan kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh Pengurus PIKI masa bakti 2015-2020.

Ketua Umum PIKI mensyukuri telah terbentuknya 30 DPD perwakilan PIKI diseluruh Indonesia walaupun sebagian masih ada yang berstatus caretaker.
Dalam refleksinya, Ketua Umum PIKI menjelaskan satu persatu program-program yang telah dilaksanakan PIKI, dan menyampaikan simpulan-simpulan dari setiap program yang terlaksana.
Baktinendra menyampaikan kalau PIKI adalah organisasi yang lebih fokus pada kajian-kajian berbagai macam hal dan juga membangun jaringan-jaringan pada Perguruan-perguruan Tinggi dan Gereja. Itulah sebabnya PIKI tidak masuk ke yang berbaur pelatihan-pelatihan.
Baktinendra juga menegaskan walaupun PIKI memuat kalimat Intelegensia, tapi bukan berarti membatasi diri hanya pada titel-titel kesarjanaan dan lulusan universitas.
“Tetapi Intelegensia adalah tempat bagi kalangan yang terdidik mau tau kejadian yang ada di masyarakat dan memberikan pemikiran-pemikiran solutif bagi masyarakat” ucapnya.
“Indonesia Quo Vadis” yang menjadi topik pembahasan merupakan pemaknaan dinamika Indonesia saat ini, dan mencari kemana arah dinamika tersebut?.
Ketua umum PIKI menganggap bahwa tahun 2020 merupakan tahun yang sedikit sulit dari segi ekonomi dan lainnya, bukan hanya Indonesia tapi juga dunia, hal tersebut berdasarkan gejolak dan dinamika yang disimpulkan berbagai macam riset yang ada.
Usai refleksi, acara masuk pada pembahasan dan diskusi dengan topik “Sumber Daya Indonesia dan Modal Sosial Indonesia”
Dr. Willi Toisita, PhD yang jadi narasumber
pembahasan Sumber Daya Indonesia didampingi dua penanggap, Anggota DPD RI, Dr. Badikenita Putri dan..
Dr. Willii menyampaikan bahwa jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan akan mencapai 271 Juta jiwa pada tahun 2020.
dan diperkirakan Indonesia emas pada tahun 2045.
Dr. Willi menyampaikan bahwa bonus demografi saat ini harusnya memang bisa mencapai Indonesia emas pada tahun 2045, tapi apabila melihat pendidkan Indonesia saat ini yang lebih dari 50 % tamat SMA dan dibawah SMA, menjadi tantangan tersendiri pemerintah mencapai target dan tujuan tersebut.
Dr. Willi menjelaskan angka stunting yang mencapai 27,7 persen menunjukkan bahwa satu pertiga dari penduduk Indonesia masih mengalami stunting, itu artinya 1/3 rakyat kita masih sangat menentukan Indonesia emas.
Narasumber juga menyampaikan Indonesia masih bergumul dengan 4.0 (Four Point Zero) sedangkan jepang dan negara lainnya sudah 5.0 (Five Point Zero), artinya kita sedang tertinggal dengan kebanyakan negara-negara lainnya.
“Kecendurungan kita di era 4.0, kita terfokus pada peran teknologi yang mempengaruhi kehidupan kita, bukan pada peran Sumber Daya Manusia dalam mempengaruhi Kemajuan Teknologi Tersebut” ucap Dr. Willi.
Dr. Willi menyampaikan bahwa pembenahan persoalan Pendidikan Dasar menjadi syarat utama mempersiapkan generasi yang memiliki kemampuan 4.0. Peningkatan kompetensi dan kapasitas generasi yang akan datang juga harus dikembangkan dan ditingkatkan.
Di tempat terpisah awak media Transparansi Indonesia wawancara bersama Menteri sosial Jualiri P Batubara saya berterima kasih kepada kerabat-kerabat saya yang ada di piki,karna merekalah saya bisa begini dan campur tangan Tuhan Yesus,saya juga berharap agar PIKI bisa bekerjasama dengan kementerian sosial dan mempererat tali persaudaran.pungkasnya
HM