Jakarta, transparansiindonesia.co.id – ‘Karena kami meyakini bahwa Indonesia harus dipimpin oleh orang yang baik, yang punya rekam jejak yang baik, dan kredibilitas yang sangat tinggi dan tentunya itu juga sejalan dengan cita-cita Reformasi 98.’
2019 Memasuki dua puluh satu tahun sudah rezim orde baru (orba) tumbang. Pada 1998, demontrasi besar yang dilakukan oleh mahasiswa telah berhasil menurunkan Soeharto dari tampuk 32 tahun kekuasaannya. Reformasi yang menjadi tuntutan kala itu kini telah dinikmati oleh masyarakat Indonesia.
Era keterbukaan dan kebebasan berpendapat terbentang luas mengisi ruang-ruang kosong memenuhi janji reformasi yang digulirkan Mei 1998 silam. Janji yang tercetus bukan melalui proses yang singkat. Melainkan melalui serangkaian panjang perjuangan rakyat di mana mahasiswa tergabung menjadi bagian penting di dalamnya dan tak bisa dipisahkan dari sejarah reformasi Indonesia.
Reformasi juga meninggalkan cerita duka, banyak korban jiwa yang berguguran, dan begitu banyak pula kasus korban hilang yang sampat saat ini belum terungkapkan.
Tragedi Trisakti merupakan salah satu Tonggak sejarah Reformasi yang terjadi pada 12 Mei 1998 di Grogol, Jakarta Barat, empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas ditembak dalam aksi damai menuntut reformasi:
Elang Mulia Lermana, lahir 5 Juli 1978, anak kedua dari tiga bersaudara. Ia tercatat sebagai mahasiswa dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Arsitektur angkatan 1996. Elang ditembak di bagian dada kanan tembus ke punggung kiri saat berada di depan Gedung Sjarif Thajeb.
Hafidhin Royan adalah mahasiswa jurusan Teknik Sipil, kelahiran Bandung 28 September 1976. Dia ditembak di bagian belakang kepala ketika berada di depan pintu Gedung Sjarif Thajeb.
Hendriawan Sie adalah mahasiswa jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, angkatan 1996. Pemuda kelahiran 3 Mei 1978 itu adalah perantau asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Hendri adalah putra tunggal orang tuanya. Dia ditembak di bagian leher ketika berada di pintu keluar Usakti yang mengarah ke Jalan S Parman.
Heri Hartanto, merupakan mahasiswa jurusan Teknik Mesin Trisakti angkatan 1995. Dia ditembak di punggung ketika berada di dekat tiang bendera di depan Gedung Sjarif Thajeb.
Tragisnya, mereka ditembak justru pada saat aksi damai selesai pada sekitar pukul 5 sore dan para mahasiswa peserta aksi damai sedang berjalan kembali masuk halaman Kampus Trisakti.
Tragedi yang memakan 4 nyawa mahasiswa Trisakti ini justru memicu demo yang lebih besar lagi saat simpati bercampur amarah dari seluruh mahasiswa Jakarta menghasilkan keserentakan bergerak menduduki gedung MPR/DPR menuntut turunnya Presiden Soeharto yang telah 32 tahun memerintah.
Tragedi Mei 1998 tersebut merupakan tonggak peristiwa sejarah yang luar biasa, di mana mahasiswa pada saat itu menjadi motor penggerak perubahan untuk negeri ini. Meskipun harus menelan korban, namun sebuah pembaruan lahir pada Mei 1998 yaitu Reformasi.
Semangat Reformasi terus menggelora dan kami pun terus berperan aktif serta berupaya dengan cara yang terbaik mendorong pemerintah untuk bisa menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM di masa tersebut dan mengadili para pelaku yang terlibat di dalam peristiwa Tragedi 1998.
Maka, berdasarkan sejarah singkat di atas, kami para alumni lintas fakultas dan lintas Kampus Trisakti yang mengatas namakan diri sebagai Alumni Trisakti Pendukung Jokowi dengan jargon “Bangkit, Bergerak dan Bersatu untuk Indonesia Maju” siap memberikan dukungan kepada pasangan capres dan cawapres Jokowi – Ma’ruf Amin melalui agenda Deklarasi yang akan dilaksanakan pada 9 Februari 2019, pukul 14.00 WIB, di Basket Hall Senayan.
Deklarasi ini adalah salah satu upaya untuk mendorong Penuntasan Kasus Tragedi 1998. Kami memberikan dukungan kepada Jokowi-Amin, karena kami harus berdiri berdampingan dengan calon yang tidak memiliki noda masa lalu yang terlibat dalam rezim orde baru maupun tragedi pelanggaran HAM.
Selain itu kami memiliki rasa kekhawatiran yang begitu besar, apabila bukan Jokowi yang memimpin kekhawatiran tsb adalah peniadaan kasus dengan melupakan kasus-kasus HAM masa lalu secara perlahan atau tidak akan pernah tuntas.
#2019JOKOWIPresidenRI
#01INDONESIAMAJU
#01JOKOWIMARUFMENANG
#01JOKOWI2PERIODE
(red)*