Bangunan Cornelis Chastelein : Yang Sangat Bersejarah

Depok Transparansi Indonesia.co.id-Keringat masih membasahi tubuhnya. Bersama tiga temannya, Yoseph (55 tahun) baru memakamkan generasi kedelapan salah satu budak Chastelein, tuan tanah Depok di masa lalu. “Luas lahan di sini sekitar 8.800 meter persegi,” katanya. Depok (26/10/2020)

Di Jalan Kamboja, sekitar 100 meter di belakang RS Hermina, itulah letak pemakaman seluruh keturunan pendiri Depok lama. Cukup mudah menandai bahwa pekuburan ini sudah kuno.

Saya menemukan banyak nisan orang meninggal bertuliskan abad ke-19. Di antaranya, batu nisan milik Adolf van Der Capellen, tertulis lahir pada 15 Januari 1825 dan meninggal pada 6 April 1888.

Perjalanan heritage
Hanya satu kata menggambarkan kondisi Kota Depok, yakni “padat”. Saya mencoba menyusuri area Depok Lama yang terletak di Kecamatan Pancoran Mas. Cukup mudah mencapai kawasan ini. Dari arah Jakarta, kita bisa menghabiskan Jalan Raya Margonda hingga bertemu perempatan. Nah, ketika sampai di ujung jalan, wilayah itu sudah masuk kawasan bersejarah.

Berbagai informasi yang saya kumpulkan memberi dua alternatif bila ingin lebih dalam menyaksikan bangunan kuno Depok. Bisa memilih opsi lurus melewati Jalan RA Kartini atau belok kiri ke Jalan Siliwangi, tempat Rumah Sakit (RS) Hermina berdiri. Saya mengawalinya dengan pilihan kedua menuju pemakaman keturunan pendiri Depok Lama.

Yoseph, penggali kubur yang saya temui berujar, karena berusia dua abad, areal makam sudah penuh. Otomatis untuk menyiasatinya kalau ada yang meninggal, tempat pemakamannya digabung dengan keluarga yang lebih dulu meninggal.

Ia sudah lupa berapa kali memindahkan makam atau menyatukan rangka keluarga untuk dimakamkan di situ. Berdasarkan estimasinya, tidak kurang sekitar 2.000 orang sudah dikubur di taman pemakaman khusus penyandang 12 marga. “Tempat pekuburan ini termasuk bersejarah dan bisa menjadi salah satu bukti betapa peradaban Depok sudah ada sejak lama,” katanya.

Baca juga:  Jaga Kondusivitas, Mendagri Larang Kepala Daerah Ke Luar Negeri

Saya melanjutkan perjalanan jelajah heritage menyaksikan blok lain di Jalan Pemuda. Di sinilah pusat keramaian Depok masa lalu berada. Banyak bangunan tua yang masih bisa disaksikan meski sebagian sudah berganti menjadi rumah pribadi dan perkantoran.

Salah satu gedung tua yang kondisinya masih terlihat bagus adalah Rumah Sakit Harapan Depok (RSHP). Tempat ini dulu merupakan kediaman Chastelein. Karena dirawat YLCC, arsitektur rumah sakit tertua di Depok itu tetap dipertahankan.
Saya menyempatkan diri masuk ke gedung untuk menengok aktivitas warga yang tengah berobat atau memeriksakan kesehatan dan berbincang dengan staf medis. Kesan gedung kuno yang masih terawat terlihat dari tembok, tiang penyangga, dan atap yang masih kokoh.

Di depan RSHP, masih tersisa satu rumah kuno dalam kondisi terawat. Yang mencolok, tentu saja arsitekturnya yang berbeda dengan deretan rumah di sampingnya karena menonjolkan kesan Eropa. Hanya saja, ketika saya ke sana, rumah tampak tertutup dan sepertinya tidak ada aktivitas dari penghuninya di dalam.

Aset Chastelein
Berjalan terus ke arah timur, saya mendapati SD Pancoran Mas II yang merupakan bangunan lawas peninggalan Belanda. Geser sedikit, ada Gereja Jemaat Masehi yang didirikan pada 1714 yang sekarang berganti nama menjadi GPIB Immanuel Depok. Bersebelahan dengan gereja, berdiri Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kasih.

Baca juga:  Laporan Sering Tersendat Di Inspektorat, AMTI Minta Presiden Cabut MoU Antara Jaksa Agung, Kapolri dan Mendagri

Saya masuk dan menginjakkan kaki di situ. Mencoba memandangi bangunan, saya merasakan sendiri kualitasnya masih sangat terjaga dan tampak terawat. Sebagian gedung SMP Kasih dijadikan pusat aktivitas pengurus Yayasan Lembaga Cornelies Chastelein (YLCC). Mereka itulah yang selama ini mengurusi semua aset 12 marga keturunan budak yang dibebaskan Chastelein.

Gedung YLCC yang terletak di Jalan Pemuda, Depok, sangat khas berarsitektur Belanda. Coraknya adalah tiang di depan bangunan dan atap yang tinggi sangat menonjolkan kesan kegagahan gedung meski berusia lebih dari 200 tahun. Di dalamnya terpampang sejumlah lukisan dan foto Abraham Schurkogell, pendeta yang datang ke Depok pada era 1817-1827. Sayangnya, saya tidak menemukan foto Chastelein.

Namun, jejak peninggalannya dapat terlihat di dinding kantor YLCC dekat pintu masuk. Di situ terukir surat wasiatnya kepada 12 marga untuk mengelola lahan garapan yang ditinggalkannya. Pesan Chasetelein ditulis dalam bahasa Belanda dengan terjemahan bahasa Jawa ejaan lama.

Pembina YLCC Carlo Leander menyarankan pemda agar tergerak mengeluarkan kebijakan untuk melestarikan kawasan bersejarah, khususnya di Jalan Pemuda. Pasalnya, sebagai cikal bakal Kota Depok, sangat tepat kalau Depok Lama mendapat perhatian khusus. Selain untuk menghidupkan pariwisata karena memiliki nilai sejarah tinggi, kata dia, agar bangunan bersejarah yang tersisa tetap terjaga.

HM

Yuk! baca berita menarik lainnya dari TRANSPARANSI INDONESIA di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Banner Memanjang