Kutai Kartanegara (Kukar), transparansiindonesia.com – Bupati Kukar, Rita Widyasari membuka Festival Kesenian Rakyat Internasional ke-5 dalam rangka Erau Adat Kutai kemarin siang Minggu, 23/7 di Stadion Rondo Demang Tenggarong.
Pembukaan dihadiri oleh Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly dan Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek Ishak.
Ada 19 Duta Besar dari negara-negara sahabat antara lain dari Afghanistan, Mesir, Irak, Kazakhstan, Korea Utara, Libya, Maroko, Myanmar, Panama, Serbia, Sri Lanka, dan Turki, yang menghadiri agenda itu. Selain itu, perwakilan dari Amerika Serikat dan Forum Kerjasama Afrika-ASEAN.
Sebelum festival dibuka, kelompok seni dan tari dari Bulgaria, China Taipei, India, Jepang, Korea Selatan, Polandia, Slowakia, Thailand, Indonesia, secara berurutan menunjukkan kebolehan masing-masing. Ada sekitar 5000 orang menyaksikan acara pembukaan tersebut.
Erau adalah festival budaya terbesar dan tertua di Indonesia. Sejak 2013, Erau disandingkan dengan perhelatan budaya tradisional dari berbagai negara dengan nama Erau International Folklore and Art Festival (EIFAF), di mana berbagai kesenian dan tradisi di lingkup Kesultanan Kutai ditampilkan bersama warisan budaya dunia dari berbagai bangsa di penjuru dunia.
Rita menggandeng Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts (CIOFF) Indonesia dalam pelaksanaannya.
“Saya sudah lima kali menggelarnya bersama CIOFF. Alhamdulillah, kunjungan wisatawan makin meningkat. Animo masyarakat berbeda ketika kami menggandeng CIOFF,” katanya.
Ia bertekad mengubah struktur ekonomi yang tadinya bergantung dari dana bagi hasil tambang beralih ke pariwisata dan pertanian dalam arti luas (perkebunan, peternakan dan perikanan).
“Kami sudah jadi lumbung padi terbesar di Kaltim, juga di bidang perikanan. Kami surplus di bidang pangan,” ujarnya.
Tahun 2015, Kukar menjadi penyumbang tertinggi jumlah wisatawan di Kaltim. Sekarang, Kukar berada di urutan dua setelah kawasan Derawan di Kabupaten Berau.
Festival internasional dalam rangka Erau tahun lalu, jumlah wisatawan yang datang ke festival itu mencapai 120 ribu orang, melampaui target 70 ribu pengunjung.
“Tahun ini target 100 ribu. Insya Allah, bisa semarak. Ini terlihat dari kunjungan di Pulau Kumala dan panggung-panggung kesenian dari berbagai negara yang kami gelar tiap hari di beberapa titik,” ungkap Ketua DPD Partai Golkar Kalimantan Timur.
Strateginya dalam membangun pariwisata melibatkan kesultanan Kutai dan perusahaan-perusahaan tambang dan swasta lainnya, lalu mendorong partisipasi aktif warganya dengan pemberian latihan keterampilan dan bantuan untuk Usaha Kecil Menengah.
“Mereka sudah paham bagaimana seharusnya menghadapi event sebesar Erau. Ada beberapa kegiatan di Erau ini tidak lagi dibiayai APBD. Walau anggaran tipis, tapi saya usahakan festival ini meriah, saya mencari dan akhirnya dibantu. Saya menekan anggaran tanpa harus menarik dari rakyat,” ungkap Rita.
Rita juga mengatakan, bila pembangunan infrastruktur antara Balikpapan dan Samarinda seperti jalan tol dan Bandar Udara di Samarinda terealisasi, maka jumlah wisatawan yang datang ke Kukar akan semakin melimpah. Dan dibutuhkan juga improvisasi agar tidak monoton dalam membangkitkan ekonomi kerakyatan.
“Sejauh ini, pendatang ke Erau berbeda-beda tiap tahunnya. Pamerannya juga berbeda-beda. Kami berusaha agar masyarakat tidak bosan dan mendapat hiburan. UKM bisa menampilkan produknya dan terus memperbaharui produk,” tambah Rita.
“Saya lahir di sini (Tenggarong), saya melihat keindahan alamnya masih banyak belum terekspos. Dan saya sadari Kukar tidak bisa terus bergantung pada sumber alam tak terbarukan. Dengan pariwisata dan budaya, kita bisa survive,” tandasnya
(***red/ajm)/ rmol.co