Manado/transparansiindonesia – Pertukaran pemuda Indonesia -Korea atau Indonesia -Korea Youth Exhange Programe 2017 menjadi sangat meriah dan spesial, karena malam dalam acara tersebut pemuda Korea memprtontonkan menari poco-poco yang merupakan tarian populer di Sulawesi Utara, mereka menari dengan lepas yang menunjukan kebersamaan antara pemuda indonesia (Manado) dan Pemuda Korsel Pertunjukkan itu merupakan satu di antara kebersamaan yang tercipta malam itu.
Ternyata kebersamaan itu sudah tercipta mulai beberapa hari sebelumnya. Kebersamaan itu yang membuat Retnoni Guarti terisak-isak saat menyampaikan sambutan dalam Farewell dinner, Indonesia-Korea Youth Exchange Program 2017 di ruang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Manado, Rabu (2/8) itu. Perwakilan Indonesia itu terharu. Ia terharu mengingat masa-masa saat tinggal di rumah orang tua angkatnya di Manado. “Ini berkesan untuk kami, keluarga baru kami. Terima kasih semuanya. Makanannya enak banyak. Kami dihantar di banyak teman di Manado,” katanya.
Ia mengaku mendapatkan pengetahuan yang positif. Walaupun waktu yang dimiliki sangat sedikit. Erik Kawatu, dari KNPI mengatakan program pertukaran Indonesia dan Korea ini sangat baik untuk Indonesia tercinta ini. Bagi KNPI katanya mempelajari budaya antar negara membuat pemahaman dunia yang kita diami penuh warna dan keberagaman.
“Dahulu ada bapak Wempie Frederik dari KNPI. Sekarang ada Novel Rompis,” katanya. Semua katanya akan berpisah. Ini bukan akhir dari sebuah persaudaraan, tapi tapi merupakan hubungan yang baik antar generasi. Pimpinan Delegasi Korea Selatan Kim Miso mengucapkan terima kasih atas keramahtamahan. Itu baginya mempromosikan persahabatan.
Asisten Deputi Kementrian dan Penghargaan Pemuda dan Olahraga RI diwakili oleh Drs. Wisler Manalu, MM, meminta Indonesia harus mampu bersaing dalam pasar besar. Generasi ini yang harus dibimbing. Rum Usulu, sekretaris Kota Manado membacakan sambutan walikota Manado GS Vicky Lumentut mengatakan ini kesempatan besar bagi pemerintah Kota Manado mendalami budaya. Apalagi budaya dan bahasanya berbeda. Rommy Sumuan, alumni pertukaran 1994 Jepang mengaku anggota pertukaran dari Indonesia menjadi sangat Indonesia ketika bersama di Jepang. Mereka sangat terharu ketika tiba dari Jepang di bandara. (red/TI)