Jakarta/transparansiindonesia.com – Partai Berkarya tak main-main menghadapi Pemilu Serentak 2019. Diam-diam, partai yang didirikan Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) itu sudah menyiapkan amunisi. Bagaimana kekuatan mereka?
Sekadar informasi, Partai Berkarya didirikan pada 15 Juli 2016 dan sudah mendapatkan SK Kemenkumham. Ketum Partai Berkarya Neneng A Tutty mengatakan partainya sudah memiliki kepengurusan di 34 provinsi di Indonesia.
“Kami di 34 provinsi, 100 persen. DPD (dewan pimpinan daerah) kabupaten/kota 75, 50 persen DPC (dewan pimpinan cabang) kita. Lumayan baguslah,” ujar Neneng di Masjid At-Tin, Jaktim, Jumat (13/10/2017).
Partai Berkarya juga telah mendaftarkan diri menjadi peserta Pemilu 2019. Mereka memasang target tinggi, tembus 3 besar saat Pileg 2019.
“Jadi insyaallah bukan 5 besar lagi, dong, tapi 3 besarlah. Mudah-mudahan, tapi nomor satu nih kita lolos dulu di KPU, nanti baru bagaimana strategi pencapaian di 3 besar tidak ada kesulitan kali, ya,” jelas Neneng.
Soal sumber daya manusia, sejumlah jenderal purnawirawan merapat ke Partai Berkarya. Sebut saja eks Menko Polhukam Laksamana (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno dan eks Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Muchdi Purwoprandjono hingga eks Komandan Pusat Polisi Militer Mayjen (Purn) Syamsu Djalal.
Muchdi menempati Ketua Dewan Kehormatan, Tedjo menjabat Ketua Dewan Pertimbangan. Sedangkan Syamsu menjabat Ketua Dewan Penasihat.
“Beliau (Tedjo) sudah bergabung di kami menjadi Ketua Dewan Pertimbangan partai kami. Pak Muchdi sebagai Ketua Dewan Kehormatan,” jelas Neneng.
Selain dua nama itu, Berkarya juga diisi oleh kader yang dulu berkarier di PDIP, NasDem, Hanura, dan Golkar. Bahkan eks politikus Golkar Abdullah Puteh akan bergabung.
“Oh, sudah banyak banget. Salah satunya Pak Tedjo dan Pak Abdullah Puteh. Banyak jenderal yang nggak bisa saya sebutin namanya,” kata Neneng.
Dengan peta kekuatan seperti ini, mampukah Partai Berkarya bertaji di Pemilu 2019? (red/TI)