Maesaan/transparansiindonesia.com – Arachis Hipogea Bahasa Latinnya Kacang Tanah, merupakan salah satu tanaman holtikultura unggulan Desa Lowian Kecamatan Mesaan, Kabupaten Minahasa Selatan, disekitaran tahun 1980an sampai tahun 2000an tanaman ini menjadi primadona para petani Lowian.
Namun saat ini, masyarakat Desa Lowian yang mayoritas petani, sudah enggan menanam tanaman yang termasuk dalam kategori tanaman Kacang-kacangan ini, hal ini dikarenakan hasil yang didapat, sudah tidak sesuai lagi dengn biaya produksi, dan juga seringkali hasil tidak sesuai dengan harapan.
“Tanaman ini dahulunya menjadi primadona petani Lowian, namun karena biaya produksi seringkali tidak sesuai dengan hasilnya, masyarakat atau petani disini (Lowian) lebih memilih menanam tanaman lain.” kata beberapa petani Desa Lowian.
Mereka pun menambahkan, kalau dahulu, ketika panen kacang tanah ini, banyak para pengusaha dari daerah Kawangkoan yang datang membeli kacang didesa Lowian, untuk diolah dan dipasarkan di Kawangkoan, bahkan dlam sehari ada 3 sampai 4 kendaraan yang mengangkut kacang tanah ini ke kawangkoan, dan tentunya para pembeli, membeli dengan harga yang bagus, sehinnga banyak petani waktu itu dapat membeli satu ekor hewan ternak (sapi), hanya dengan hasil kacang tanah ini.
“Yang jadi permasalahan saat ini, selain harga Per Zak yang sudah lagi tidak sesuai dengan biaya produksi, hasilnya pun semakin menurun, dan ini sangat merugikan petani.” tambah warga.
Mereka memohon perhatian pemerintah untuk dapat membantu menstabilkan harga tanaman ini agar bisa sesuai dan dapat menguntungkan para petani. (Hengly/TI)*