Jakarta/transparansiindonesia.com – Nama Inspektur Jenderal (purnawirawan) Benny Mamoto sempat disebut masuk jajaran elite pengurus Partai Golongan Karya pimpinan Setya Novanto. Dia didapuk sebagai Ketua Bidang Desentralisasi dan Otonomi Daerah DPP Golkar.
Namun Benny batal menjadi politikus. Mantan Deputi Pemberantasan Narkotika BNN itu memilih aktif mengajar di kampus ketimbang masuk Golkar. “Pak Benny nggak jadi karena masih PNS,” kata Ketua DPP Partai Golkar Yahya Zaini Kamis (12/10/2017).
Benny mengakui mendapat tawaran untuk bergabung dengan Golkar. Namun, karena saat ini dia menjabat Wakil Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, tawaran itu tak bisa dia terima.
“Ada tawaran, tapi saya memilih mengabdi di dunia pendidikan karena pensiunan yang punya kompetensi dan kualifikasi tertentu yang mau berkorban di pendidikan terbatas jumlahnya,” kata Benny di tempat terpisah.
Sementara itu, tambah Benny, pembangunan sumber daya manusia (SDM) di era global seperti saat ini sangat penting agar siap bersaing di bidang apa pun. Di UI, Benny juga merangkap sebagai pelaksana harian (Plh) Ketua Program Studi Kajian Terorisme dan Kajian Ilmu Kepolisian serta Kepala Pusat Riset Ilmu Kepolisian dan Kajian Terorisme.
Di korps Kepolisian, nama Benny melambung ketika menjabat Direktur Badan Narkotika Nasional (BNN) pada rentang 2009-2012. Sejumlah kasus kejahatan narkotika lintas negara dan menyeret sederet orang terkenal tuntas di tangannya.
Kemampuan mengelola BNN tak lepas dari kecemerlangannya berkecimpung dalam dunia reserse. Ia terdata pernah duduk sebagai Wakil Direktur II Ekonomi dan Khusus Bareskrim Mabes Polri.
Kemampuannya juga mengantar lelaki kelahiran Temanggung, 7 Juni 1955, ini menjadi Wakil Sekretaris National Central Bureau (NCP) Interpol. Pada 2013, ia pensiun dan duduk sebagai Deputi Pemberantasan Narkotika BNN.
Karier politiknya dimulai saat Pemilihan Gubernur Sulawesi Utara pada 2015. Benny maju sebagai calon gubernur dari Partai Golkar. Saat itu, ia menggeser pasangan bakal calon lainnya, yakni Elly Lasut-David Babihoe, setelah mengantongi surat dari dua kubu Partai Golkar yang tengah berselisih.
Namun Benny belum beruntung. Dia kalah oleh pasangan Olly Dondokambey dan Steven Kandou, yang diusung PDIP. (red/TI)
sumber/detikcom