Jakarta/transparansiindonesia.com – Syukur Alhamdulillah, berkat kerja keras bersama semua pihak, kejadian luar biasa campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua, sudah tuntas. Pekan lalu, Presiden Joko Widodo menugaskan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk datang ke Asmat memantau perkembangan terakhir di sana.
Demi tidak berulangnya kejadian luar biasa ini, masyarakat Asmat membutuhkan infrastruktur dasar seperti air, sanitasi, pengolahan sampah, sarana transportasi, jembatan dan rumah untuk menetap. Terutama air bersih karena Asmat adalah daerah rawa sehingga air perlu diolah agar layak dikonsumsi.
Satu embung penampungan air berkapasitas seribu ton sudah ada, akan kita tambah sembilan embung lagi dengan kapasitas lebih besar. Begitu juga sumur bor yang saat ini sudah ada satu sumur, akan ditambah lima sumur bor kedalaman 150-200 meter dengan anggaran Rp6 miliar.
Layanan air minum perpipaan di Kota Agats, yang berkapasitas 10 liter per detik yang sudah ada dan melayani 230 sambungan rumah, pada tahun 2018 akan direhabilitasi agar lebih optimal dengan anggaran Rp5 miliar. Layanan ini juga akan dibangun di Distrik Atsy dan Sawaerma, serta 24 unit sistem penyediaan air minum berkapasitas satu liter per detik di berbagai lokasi dengan anggaran sampai Rp39,7 miliar.
Agar warga Asmat lebih tenang hidup menetap, sejak tahun 2016 pemerintah membangun 114 unit rumah khusus di Kampung Amanamkai dan Kampung Syuru, Distrik Agats. Tahun ini kembali dibangun 100 unit rumah khusus di empat kampung, yakni Kampung Priend Distrik Fayid, Kampung Ass dan Kampung Atat di Distrik Pulau Tiga, dan Kampung Warkai Distrik Betsbamu. Adapun rumah yang tidak layak huni akan diperbaiki dengan program 1.000 rumah swadaya.
Lokasi antarkampung yang terpisahkan oleh sungai akan dihubungkan dengan empat jembatan gantung yang akan dibangun dengan anggaran Rp46 miliar di Kampung Baru Syuru Distrik Agats (panjang 72 meter), Kampung Yerfum Distrik Der Koumor (84 meter), Kampung Hainam Distrik Pantai Kasuari (120 meter), dan Sawaerma (150 meter). Jalan panggung dari kayu yang sudah lapuk juga akan diperbaiki dengan jalan beton dengan teknologi pracetak sepanjang sekitar 15 km dengan lebar rata-rata 4 meter.
Ini membuktikan kinerja dan kepedulian pemerintah dalam membangun dan menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak dan Gizi Buruk di Kabupaten Asmat beberapa waktu lalu. (red/TI)*
(sumber/Kemen PU-PR)